10/09/2024

AsiaNationNews.com

Honesty – integrity – Trust

Pengajian Umum TasTaFi (Tasauh Tauhid Fiqih) Oleh Abati di Masjid Raudatul Jannah.

06 April 2021

 

Laporan : Ozie

Pengajian Umum TasTaFi (Tasauh Tauhid Fiqih) Oleh Abati di Masjid Raudatul Jannah.

 

IDI, Aceh Timur (ANN) – Untuk pertama kalinya di Masjid Raudatul Jannah Gampong Jalan Idi rayeuk, Aceh Timur diadakan Pengajian umum tastafi, yang direncan akan akan berkelanjutan 3 sampai 4 kali dlm setahun, begitu kata Abi Sikureueng dalam pembukaan memandu acara tersebut.

Pengajian pada senin malam (5/4/2021)  Oleh ulama karismatik aceh yaitu Abati di aramiah, dan dihadiri banyak warga gampong jalan dan warga sekitar. Tema yang dibawakan yaitu tentang puasa, dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.

Abati menjelaskan bahwa Hukum Puasa ramadhan adalah fardu ‘ain, yang mana puasa merupakan kewajiban mutlak bagi semua orang muslim yang sudah baligh dan berakal. Tidak terkecuali sakit, hanya saja diberikan keringanan dengan boleh mengqada atau menggantikannya pada waktu lain.

Puasa juga wajib dgn ilmu, artinya memiliki ilmu dalam menetapkan kapan mulainya berpuasa. Menurut Imam Nawawi, wajib puasa apabila sdh masuk bulan ramadhan, wajib puasa dgn telah sempurnanya bulan sya’ban (30 hari), dan ada kala dgn rukyah (walaupun fasik, tetap wajib untuk diri sendiri), kata Abati.

Dalam keadaan bernegara maka ada orang yg menisbatkan/menghukumkan waktu, yaitu menteri agama berdasarkan ada orang – orang berilmu (ahli hisap dan ahli teknologi) yang sudah bersaksi. Maka wajib syar’i  bagi masyarakat.

Puasa adalah menahan diri dari memasukkan sesuatu dalam rongga terbuka mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Dan didahului dengan niat. Kaedah wajib niat itu sendiri untuk membedakan antara ibadah dan adat.

Tata cara berniat menurut Mazhab imam syafi’i, hambali, dan hanafi, yaitu meniatkan puasa disetiap malam, dan disunatkan berniat pd malam pertama dengan niat untuk sebulan, atau taklik ke mazhab imam malik.

Mazhab Imam Malik berbeda pendapat dengan tiga Mazhab lain. Menurut Imam Malik, niat puasa diniatkan cukup sekali dimalam pertama Ramadhan untuk puasa satu bulan, dan tidak perlu diulang – ulang lagi setiap malamnya.

Dan hal lain yang membedakan yaitu dalam pandangan terhadap non muhrim. Menurut Mazhab Imam Malik, pandangan syahwat dan berdampak, tidak membatalkan pahala puasa. Sementara tiga Mazhab lain sepakat dapat membatalkan pahala puasa.

Terpelihara dari yang membatalkan puasa, berarti puasanya sah, dan apabila berhasil menahan diri dari yg membatalkan pahala puasa berarti puasanya sempurna, dan akan dapat menahan diri secara berkelanjutan.

Yg membatalkan pahala puasa diantaranya yaitu melakukan perbuatan makruh bagi yg puasa (mengupat, berbohong, melampaui kumur2, merasai makanan, semua perbuatan haram makruh bagi puasa).

Sunat dalam puasa: sahur (setelah 1/2 malam, dan sunat lagi dilakukan pada waktu akhir), menyegerakan berbuka dengan sesuatu yang manis, banyak i’tiqaf masjid, baca alquran (satu juz tiap waktu shalat, 6 hari khatam).

Bila sudah mampu menahan diri secara berkelanjutan, serta dapat memelihara pahala puasa, serta selalu melaksanan ibadah sunat dalam bulan suci ramadhan, maka yang demikian sudah cukup baik.

Sementara puasa khawas/puasa shalihin, mampu menahan diri dari yg haram. Jauh dari apa – apa yang diharamkan, termasuk pandangan syahwat terhadap nonton muhrim.

Berbeda dengan Puasa para nabi. Para Nabi berpuasa dengan menahan diri dari mengingat selain Allah. Sulit untuk manusia biasa atau muslim biasa bisa menahan diri dari mengingat selain Allah.
Demikian sekilas tentang puasa. (Ozie)

About Post Author