Oleh : AMBO ASSE AJIS
Sampai hari ini, kemulaian para aulia itu tidak akan terhapus oleh apapun, meski badai fitnah kolonial Belanda dan antek-anteknya selalu menghasut dengan mentakan makam-makam mereka sebagai peninggalan Hindu. Bahkan kini, fitnah itu masih berjalan dan dilakukan oleh anak bangsa sendiri dengan penghancuran, pengalihfungsian bahkan diperjualbelikan. Seperti pepatah yang pernah penulis dengar, jika kepepet, tanah kubur pun bisa di jual.
Apakah tidak rasa takjub saat melihat nisan-nisan megah dari batu andesit, batu pualam (marmer), batu pasir (sandstone) yang berukir kalimat tauhid, bertulis ayat-ayat Al-quran, bertera kalimat syair dari para ahlu ibadah, ahlul ilmi dari ulama-ulama yang mashur di masa kejayaan Islam.
Jika tidak ada rasa itu, ingatlah bahwa sejarah telah mencatat kejayaan kehadiran mereka dengan tinta ketakwaan yang akan menjadi pelajaran kepada setiap generasi.
Meski tanah makamnya, tempat peristirahatannya di tanah mulia ini selalu dirampas oleh manusia masa kini dengan mengalihkannya menjadi tambak, perumahan, kandang ayam, kandang sapi, pertokoan, jalan raya dan bahkan hal-hal yang merendahkan seperti menjadikannya batu asah, lapik tiang rumah hingga menjadikan tapak mereka bagian dari sampah pembuangan.
Dan, inilah citra kita bagi mereka. Citra generasi penghianat, generasi yang sombong akan masa kinisehingga dengan mudah mencemari sejarah mereka dengan fitnah dan keserakahan.
Sungguh, mereka yang masih berbaring di makam-makam bernisan di Kawasan Gampong Pande, kawasan Negeri Lamuri, kawasan Ujung Pancu, Kawasan Negeri Daya, Kawasan Kuala Batee, Kawasan Negeri Bihue, kawasan negeri Pedir, kawasan Negeri Samudra dan Pasai, kawasan Negeri Peurelak, Kawasan Negeri Tumihang hingga negeri-negeri Isalam lainya di seluruh dunia adalah jejak-jejak waliullah yang memilih mahabbah, memilih mendagangkan dirinya demi meraih kasih sayang Allah melalui jalan jihad, dakwah, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Ingatlah, sungguh makam mereka dan nisannya yang masih berdiri tegak itu adalah pelajaran bagi manusia masa kini, betapa kelak kita akan menyusul dan mempertanggungjawabkan perbuatan di dunia kepada sang Maha Adil.
Mereka Memilih Tanah Mulia
Lalu dengan apa kita menjawab kelak, ketika ada tuntutan dari para waliyullah, para syuhada, para orang-orang zuhud yang memilih mengukir dirinya dengan takwa itu memilih membela agama Allah dari penjajahan Portugis, Belanda, Amerika, Jepang , membaskan penjajahan di tanah ini? Dan dengan sombongnya pemerintah abai bahkan diam saat tanah makam mereka direnggut satu persatu ,di cabut dari permukaan bumi?
Sunguh kita adalah generasi celaka…generasi tak tahu terima kasih..
Tidakkah kehadiran mereka mampu membangun rasa cinta saat anak-anak Bani Kinanah hidup di tanah Aceh; Tidakkah ini membanggakan ketika para Jannessary Khalifah Ottoman hadir di Bandar Aceh Darussalam di kawasan Bitai, hidup zuhud dan mengajarkan alih teknologi logam serta mendidik kemiliteran via univeritasnya di Baiturrahman; tidakkah ini menyejukkan ketika pasukan Islam dari berbagai suku di dunia menghiasi hari-hari syahid saat menghabisi pasukan Portugis di Sumatera hingga ke Malaka. Jika kehadiran mereka tidak membanggakanmu, lalu dengan apa engkau hidup..
Ingatlah, jika engkau menghancurkan jejak mereka, generasimu yang bengis ini tidak akan abadi. Kalian akan di tawur dan diganti dengan generasi baru.
Tanah Aceh ini adalah saripati tanah mulia dan karenanya pengetahuan para pejuang, para aulia, para syuhada masih akan selalu mengalir di urat nadi setiap generasi. Spirit hidup mulia atau mati syahid akan terus bergema di dinding, memekakan telinga setiap penguasa zholim.
Nasehat
Tidak terlambat menghapus kebodohan menghancurkan rumah (makam) terakhirnya di dunia ini, di tanah Bandar Aceh Darussalam. Perbaikilah dengan waktu yang masih ada dan jangan mencintanya jika engkau telah menghancurkannya.
Wahai para aparatur di Aceh, engkau dianugerahi Allah dengan pekerjaan, wibawa, gaji dan kehormatan, maka tetaplah pada cita-cita muliamu sebagai pelayan masyarakat karena di dalanya ada semangat warisan hati para syuhada.
Mereka, para syuhada telah mendagangkan dirinyakepada ilahi Rabbi san Allah menjaminnya dalam Alquran dengan sayap-sayap.
Istiqamahlah wahai aparatur pemerintah di Aceh dengan kebijakan yang baik dan dan tidak menzalimi dengan berhenti membuat program yang menghancurkan bukti-bukti warisan budaya mereka. Saya percaya para syahid, syahida, mujahid, mujahida, ulama, akan membanggakan kalian diyaumil akhir jika antum dan anti melakukannya.InshaAllah
*) Penulis adalah Tim Ahli Cagar Budaya Kota Banda Aceh.
Email: ambo.unsam@gmail.com
More Stories
Sudut Pandang Abu Muda Woyla Terhadap Sosok Seorang Sayid Machdum Madjid Al Idrus (Walid)
Pejabat Eselon OPD Aceh Timur Dibariskan Depan Pj. Bupati
Langsa District Attorney’s Office Finds More Than Seven Hundred Million In Tirtanadi PDAM Corruption Case